Posted by Administrator | Kategori: Psikoterapi

Renungan Sekelumit, dari Membaca Greenberg

Leslie Samuel Greenberg adalah psikolog dari Kanada yang memelopori emotion-focused therapy. Artikel penting Les Greenberg (2007), Emotion coming of age, mengandung sebuah ringkasan tentang hakikat proses perubahan psikoterapeutik. Semula psikolog kelahiran Johannesburg, Afrika Selatan, ini menerangkan sebuah bentuk regulasi emosi berinti self-control, yang melibatkan fungsi eksekutif kognitif tingkat tinggi, yang memungkinkan individu-individu “mengubah cara mereka merasakan dengan secara sadar mengubah cara mereka memikir”. Regulasi afek yang memiliki bentuk eksplisit ini dilaksanakan oleh hemisferium kiri dengan titik berat verbal. Di sini, emosi nirsadar yang berpenghayatan tubuh (unconscious bodily-based emotion) tidak dibicarakan.

Namun kemudian Greenberg menerangkan pula proses regulasi afek lainnya, yang lebih fundamental dan bersifat implisit, yang dilakukan oleh hemisferium kanan. Proses yang berlangsung sangat cepat ini mendayagunakan sebuah sistem yang memproses ekspresi wajah, kualitas suara, dan kontak mata pada sebuah konteks relasional. Psikoterapi yang mengejawantahkan proses ini tidak mengontrol, tetapi justru “menerima atau memfasilitasi penghayatan emosi-emosi pasien”, termasuk “emosi yang selama ini dihindari keterungkapannya”, demi memungkinkan pasien menoleransi dan mentransformasi mereka menjadi “emosi-emosi yang adaptif”. Bagi Greenberg, hal penting yang mendukung perubahan terapeutik yang lestari adalah menumbuhkembangkan kapasitas regulasi emosi yang implisit atau otomatis, terutama untuk pasien-pasien yang mengalami masalah kepribadian yang membuat mereka sangat rapuh.

Beberapa catatan untuk praktik.
Pertama, di samping percakapan dialogis verbal, proses yang lebih diandalkan dalam psikoterapi justru relasi nonverbal—yang visual facial, auditory prosodic, maupun yang tactile gestural.

Kedua, terutama dalam pada saat-saat yang ditandai peristiwa afektif yang meningkat atau heightened affective moments, terapis secara nirkata sungguh berupaya menyambungkan pengalaman afektif-psikis-somatisnya dengan pengalaman afektif-psikis-somatis pasien, berusaha menerimanya, dan melerai mereka secara nonverbal.

Ketiga, penerimaan dan peleraian terhadap emosi-emosi pasien bukan terutama dilaksanakan dengan kata-kata, melainkan dengan ekspresi-ekspresi visual facial, auditory prosodic dan tactile gestural yang relevan.

Diyakini betapa perlakuan terapis yang menerima dan melerai afek pasien secara nirkata, dengan melibatkan seluruh eksistensinya yang biopsikososial, ini memberikan pengalaman attachment baru yang terapeutik bagi pasien, yang memungkinkan ia mengolah lebih jauh berbagai afek yang selama ini ditolak keterungkapannya menjadi pengalaman-pengalaman baru yang adaptif.
(Limas Sutanto)